Rabu, 28 Maret 2012

Prinsip pedagogis

Pertama-tama perlu kita ketahui apakah pedagogis itu sendiri. Pedagogi, yang kita kenal sebagai ilmu pendidikan atau ilmu pengajaran, merupakan suatu kata benda. Sedangkan kata sifat untuk pedagogi inilah yang disebut pedagogis, yang bermakna bersifat mendidik atau bersifat pedagogi. Definisi istilah pedagogis itu sendiri dinyatakan oleh Danilov(1978)  sebagai proses interaksi terus-menerus dan saling berasimilasi antara ilmu pengetahuan dan pengembangan siswa. Dari perspektif lain, Alberto Garcia et al (2005) mengkonseptualisasikan pedagogis sebagai tindakan guru dan siswa dalam konteks organisasi sekolah, dimana interaksi itu dilakukan berdasarkan teori pedagogis tertentu, berorientasi pada tujuan institusional, dan dikembangkan dalam interaksi yang dekat dengan keluarga dan masyarakat untu k mencapai pembentukan siswa secara sehat.
Adapun prinsip pedagogis yang dikemukakan oleh Fatima Addine (2001) adalah sbb:
1.       Prinsip-prinsip pedagogis adalah kesatuan karakter ilmiah dan ideologis dari proses pedagogis, bahwa setiap proses pedagogis harus terstruktur berdasarkan temuan yang paling maju di bidang sains kontemporer dan dalam korespondensi total dengan ideology kita.
2.       Sekolah dan kehidupan didasarkan pada 2 aspek penting, yaitu : kaitan antara kehidupan dan pekerjaan sebagai kegiatan yang mendidik manusia Dengan kata lain, setiap pengetahuan yang didapatkan dari sekolah harus berguan dalam kehidupan sehari-hari, kini, maupun masa depan.
3.       Mampu mengkombinasikan karakter kolektif dan individual pendidikan, serta penghormatan terhadap kepribadian siswa. Artinya, bahwa jika proses pedagogis terjadi dalam konteks sekelompok orang, yang memiliki karakteristik dan criteria tertentu, maka setiap anggota yang memiliki kekhususan unik yang membedakan dia dari yang lain juga memiliki hak untuk dipertimbangkan dan dihormati juga.
4.       Prinsip pedagogis merujuk pada kesatuan pengajaran,pendidikan dan perkembangan proses. Pendidikan dan pengajaran tidak dapat dipertukarkan ,namun saling melengkapi. Pendidikan harus didasari oleh proses pembelajaran yang baik sehingga terwujudnya pengembangan pribadi.
5.       Domain kognitif dan afektif tidak bisa berada dalam suasana yang kering, maksudnya bahwa proses pedagogis harus terstruktur berdasarkan kesatuan dan hubungan antara kondisi manusia : kemungkinan mengetahui dunia sekitarnya dan dunianya sendiri,serta pada saat yang sama perasaan dan tindakan kemungkinan menjadi terpengaruh oleh dunia itu.
6.       Masing-masing subsistem aktivitas, komunikasi, dan kepribadian saling terkait satu sama lain.
Dalam rangka pengembangan kemampuan dan ketrampilan kepedagogian juga perlu upaya pembentukan kemampuan professional guru. Kemampuan itu bisa dicapai melalui pendidikan persiapan, praktik kerja lapangna, pendidikan profesi, atau pengembangan professional berkelanjutan.

Sumber : Danim, Prof.Dr.Sudarwan.Pedagogi,Andragogi,dan Heutagogi.2010. Bandung : Alfabeta

Pedagogi praktis abad ke-21

Seiring perkembangan ilmu pengetahuan, IPTEK, seni, budaya maka pembahasan mengenai pedagogi juga semakin berkembang. Prinsip pedagogi terus dikembangkan agar sesuai dengan perkembangan zaman sehingga memasuki abad ke -21 pembahasan mengenai pedagogi dikenal dengan Pedagogi Abad ke -21 atau disebut juga sebagai pedagogi progresif (progressive pedagogy).
Pedagogi ini sendiri termasuk dalam kategori pengetahuan pedagogis formal(pedagogi teoritis atau ilmiah) dan pengetahuan pedagogis vernacular atau pedagogi praktis(McNamara,1991).Seperti namanya, pedagogi teoritis merupakan upaya pengembangan prinsip-prinsip dan teori-teori pedagogi yang efektif melalui penelitian yang sistematis, lebih abstrak dan umum daripada pedagogi praktis. Intinya, bila pedagogi teoritis tertuju pada persoalan pengetahuan sekitar pendidikan secara ilmiah maka pedagogi praktis lebih menekankan pada cara-cara bertindaknya.
 Pentingnya cara-cara yang digunakan para tenaga pendidik dalam mendidik anak menyebabkan perlunya perumusan kebijakan mengenai praktik pendidikan. Dalam merumuskan kebijakan itu sendiri perlu mempertimbangkan 3 aspek utama yang saling terkait, yaitu sbb:
1.       Mengkodifikasi dan mengkomunikasikan pengetahuan pedagogis praktis pada guru
2.       Membangun system pedagogis untuk berbagi pengetahuan manajemen ilmiah dan menyediakan waktu yang cukup bagi guru untuk mengembangkan dan menerapkan pengetahuan pedagogi.
3.       Mengembangkan kerangka teori yang kuat terhadap ilmu baru pedagogi

Sumber : Danim, Prof.Dr.Sudarwan.Pedagogi,Andragogi,dan Heutagogi.2010. Bandung : Alfabeta

Selasa, 13 Maret 2012

Perlunya perubahan paradigma belajar

Perkembangan iptek yang pesat pada zaman sekarang ini dan tuntutan era globalisasi mengharuskan adanya perubahan paradigma belajar dalam dunia pendidikan. Generasi yang tidak mampu bersaing memenuhi tuntutan dari era globalisasi akan mengalami kesulitan menghadapi perkembangan dunia.Oleh karena itu, penyelenggaraan pendidikan dan penyusunan kurikulum harus memerlukan pembaharuan sesuai dengan kebutuhan perkembangan iptek dan perubahan sosial yang terjadi dengan menetapkan visi dan misi yang jelas, dan mengeluarkan strategi-strategi baru dalam mengajar maupun belajar.
Pendidikan tidaklah hanya menekankan pada nilai akademik saja, tetapi juga berorientasi pada bagaimana seorang peserta didik mampu belajar dari pengalaman lingkungan, dan kehebatan para ilmuwan, sehingga ia bisa mengembangkan potensi intelektualnya. (Sidi, 2001:26). Oleh sebab itu paradigma baru belajar pada zaman sekarang ini lebih menuntut kepada keaktifan peserta didik sebagai peran utama dalam belajar. Peran guru yang tadinya hanya sebagai penyampai atau pengalih pengetahuan dan keterampilan (transfer of knowledge), dan merupakan satu-satunya sumber belajar, telah berubah menjadi menjadi pembimbing, pembina, pengajar, dan pelatih. Dalam kegiatan pembelajaran, guru lebih bertindak sebagai fasilisator yang bersikap akrab dengan penuh tanggung jawab, serta memberlakukan peserta didik sebagai mitra dalam menggali dan mengolah informasi
Adapun beberapa tips yang dapat diterapkan dalam dunia pendidikan modern:
1.      Hendaknya proses belajar lebih difokuskan pada diri peserta didik, tidak hanya serta-merta berasal dari pengajar. Jadi peserta didik belajar menyatakan pendapatnya dengan kritis atau bagaimana ia berpikir (learning to think).
2.      Jika memungkinkan sebaiknya peserta didik belajar dengan berbuat/melakukan langsung (learning by doing). Dengan kata lain, peserta didik harus berusaha menggunakan/mempraktekkan keterampilannya sendiri dalam menyelesaikan suatu masalah (how to solve the problem).
3.      Peserta didik harus belajar hidup bersama (learning to live together). Jelasnya, pendidikan juga harus mengajarkan peserta didik untuk mampu menyesuaikan diri dalam masyarakat yang terdiri atas  berbagai latar belakang sosial. Di sinilah peserta didik diarahkan untuk mengenal nilai-nilai seperti, HAM, perdamaian, toleransi, dan pelestarian lingkungan hidup.
4.      Peserta didik harus belajar menjadi diri sendiri (learning to be).dalam arti menjadi manusia yang mandiri, memiliki harga diri, dan tidak hanya mengharapkan materi dan kedudukan.
Sumber:
Barker, Joel Arthur. Paradigma Upaya Menemukan Masa Depan. Batam: Interajsar, 1999.
Sidi, Indra Djati . Menuju Masyarakat Belajar, Menggagas Paradigma Baru Pendidikan.Jakarta: Paramadina,2001.www.tuanguru.com
http://elearning.unesa.ac.id/tag/penjelasan-perubahan-paradigma-belajar
http://www.aseps21.com/2012/01/elaborasi-paradigma-baru-belajar.html#ixzz1p0H4bfuB

Sabtu, 10 Maret 2012

Penerapan teknologi dalam dunia pendidikan

Pada zaman sekarang ini, kegiatan belajar telah banyak dipengaruhi oleh perkembangan teknologi. Salah satunya seperti yang diterapkan pada mata kuliah paedagogi yang berlangsung pada tgl 5 Maret lalu, belajar melalui e-learning.  Cara belajar seperti ini merupakan cara belajar yang kreatif dan inovatif. Selama satu pertemuan itu, mahasiswa dan dosen saling terhubung melalui jaringan internet. Namun dalam prosesnya untuk terhubung dalam situs jaringan tersebut, para mahasiswa menghadapi kesulitan karena kurangnya pengalaman namun akhirnya berhasil setelah melalui  berbagai trial and error dan mencoba solusi yang disarankan teman-teman sekelas. Sebenarnya secara tidak langsung dari pertemuan itu, dapat dikatakan bahwa mahasiswa telah mengikuti model pembelajaran yang interaktif melalui diskusi antar teman maupun dengan dosen,learning by doing, trial and error, meskipun bahan pelajarannya bukanlah materi kuliah. Selain lebih menarik, cara belajar seperti ini memberikan kesempatan bagi semua peserta didik untuk menguji coba kemampuannya, berbagi pengetahuan dengan teman dan dosen. Tentu saja agar pembelajaran lebih efektif juga harus diawali oleh  pengetahuan dasar mengenai teknologi.

Ilmu Mengajar juga termasuk seni?

Yang dimaksud dengan mengajar adalah proses mentransformasikan bahan ajar kepada peserta didik pada situasi dan dengan menggunakan media tertentu. Ilmu mengajar tidak hanya dapat dipelajari melalui pendidikan formal atau seminar di suatu lembaga khusus. Ilmu mengajar sebenarnya dapat juga dipelajari dari kehidupan sehari-hari, seperti melihat ibu yang sedang mendidik anaknya, melihat rekaman video,dsb. Intinya, ilmu mengajar bukanlah suatu hal yang perlu dipelajari secara teoritis atau kaku. Bahkan, dapat dikatakan bahwa ilmu mengajar merupakan suatu seni karena setiap orang berhak menggunakan cara-caranya sendiri dalam mengajar. Kegiatan mengajar melibatkan intuisi, improvisasi dan ekspresi, kreativitas, wawasan yang tinggi, penilaian yang baik. Seperti karya seni lukis, seni tari, seni music, ilmu mengajar merupakan karya seni yang sifatnya menginspirasi peserta didiknya bukan hanya sekedar menekan dan memberi tanggapan kritis. Oleh karena itu dalam dunia pendidikan tidak hanya mementingkan kemampuan guru yang mengajar namun juga harus mementingkan cara guru mengajar.
Guru sangat berperan dalam mendorong dan membangkitkan semangat siswa untuk mau berbagi ilmu. Guru yang cerdas mampu mencerminkan dirinya yang sangat berpendidikan, memimliki kemampuan komunikasi dengan siswa karena guru yang sangat cerdas sekalipun bila tidak mampu menyampaikan pengetahuannya kepada peserta didik dengan baik menyebabkan proses belajar anak tidak optimal, menurunkan semangat anak untuk menggali pengetahuan.
Seorang guru yang unggul adalah guru yang mampu melibatkan anak untuk ikut aktif berbagi ilmu, tidak bertahan pada cara-cara tradisional, mampu mengarahkan peserta didiknya ke jalan yang benar, menginspirasi dan mendorong anak muridnya untuk berpikir kritis dan mencari tahu,mampu menanamkan  keyakinan dalam diri peserta didik terhadap pengetahuan yang mereka dapatkan, serta berkomitmen untuk mewujudkan ekspektansi terhadap murid. Guru tidak hanya berfungsi sebagai radio berjalan yang terus menyiarkan berita tanpa memperdulikan tanggapan murid, ataupun membiarkan murid secara pasif menerima begitu saja apa yang ditentukan guru.  Guru tidak hanya bertanggung jawab dalam proses menyampaikan ilmu, namun juga bertanggung jawab dalam memilih bahan pelajaran, mengatur interaksi antar sesama siswa, mengatur lingkungan pembelajaran siswa.
sumber : Danim, Prof.Dr.Sudarwan.Pedagogi, Andragogi, dan Heutagogi.Alfabeta. Bandung:2010